Berguru

8 Nov

Para pembaca, Tamu dan Saudaraku, yang dimuliakan Allah SWT…

Bisakah kita belajar membaca Alqur’an hanya dengan membaca buku ?

Membaca adalah salah satu cara untuk meng-upgrade pengetahuan kita tentang sesuatu. Karena itu, kita dimotivasi untuk membaca sebanyak mungkin, supaya wawasan kita terus bertambah.

Saudaraku…..

Untuk hasil terbaik, yaitu mampu/mahir membaca Alqur’an (‘dengan bacaan yang sebenarnya’) tidaklah cukup dengan belajar sendiri (otodidak). Hasil terbaik, yaitu mampu ‘membaca Alqur’an dengan bacaan yang sebenarnya’, haruslah dengan pendampingan seorang guru yang mumpuni. Bahkan… bila anda dapat menemukannya, anda harus mencari seorang guru ahli yang ‘khafidh’ (hafal Alqur’an 30 juz). Guru yang ‘khafidh’ itu biasanya mempunyai sanad (silsilah riwayat guru ke guru) yang tersambung kepada Rasulullah SAW (sebagai guru tertinggi), sehingga kualitas dan keaslian bacaan dapat dipertanggungjawabkan.

Saudaraku…. Mengapa harus demikian ?

Pertama, dan ini yang terpenting. Karena membaca Alqur’an itu adalah sebuah aktivitas ibadah yang tentunya sangat diharapkan pahalanya. Saya hanya mengingatkan, bahwa aktivitas ibadah yang diterima oleh Allah itu, selain disyaratkan harus ikhlash, juga harus cocok/sama/sesuai dengan master/contohnya. Master bacaan Alqur’an yang cocok/sama/sesuai dengan bacaan Rasulullah, saat ini, ada pada diri seorang guru Alqur’an yang khafidh 30 juz, bersanad menyambung kepada Rasulullah. Melalui guru ahli itulah, bacaan kita akan di-tera atau disamakan. Proses tera bacaan itu tidak mungkin dilakukan dengan belajar sendiri tanpa guru.

Kedua, ini masalah teknis. Karena Alqur’an itu berbahasa arab  yang mana bahasa arab itu  memiliki karakter berbeda dengan bahasa selain arab.

Bahasa Indonesia memiliki karakter berbeda dengan bahasa arab, demikian pula sebaliknya. Menyelaraskan bunyi huruf Alqur’an yang berbahasa arab untuk dapat sesuai dengan bunyi dalam bahasa Indonesia tidaklah mudah. Contoh ! Bahasa indonesia tidak memiliki huruf selengkap bahasa arab. Tidak semua huruf arab (yang berjumlah 28 huruf) terwakili oleh huruf dalam bahasa Indonesia. Sehingga dalam beberapa kasus, untuk satu huruf arab tertentu terpaksa harus ditulis dalam bahasa Indonesia dengan beberap huruf, dengan maksud supaya output bunyinya sama dengan bunyi aslinya dalam bahasa arab. Gawatnya, bahasa indonesia tidak memiliki standar baku untuk menuliskan huruf-huruf seperti : SYIN, SHOD, DLOD, THO’, DHO, GHOIN, dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan, bila belajar tanpa guru, akan terjadi kekacauan pada bunyi huruf-huruf tersebut. Disinilah pentingnya menghadirkan guru ahli, yang akan memberikan contoh langsung cara mengucapkan huruf-huruf tersebut sehingga kita tidak terjebak kepada tulisan dalam bahasa indonesia yang tidak mewakili bunyi aslinya. Dengan proses tera huruf kepada guru ahli, output bunyi huruf arab yang kita ucapkan akan dengan mudah disesuaikan dengan master aslinya.

Kesulitan teknis lainnya, seperti:

  • Bahasa Arab, dalam mengartikannya, sangat tergantung pada pemanjangan/pemendekan suara suku katanya. Contohnya sangatlah banyak, antara lain: arti kata LA (suara pendek) berbeda dengan suara LAA (suara panjang). Yang pertama (LA; suara pendek) berarti ‘sungguh-sungguh’ dan yang kedua (LAA; suara panjang) berarti ‘tidak’. Sementara, bahasa Indonesia tidak menghiraukan perbedaan itu. Penulisan dalam bahasa indonesia, akan sangat sulit, karena dalam  membaca Alqur’an, harus dibedakan pemanjangan suara suku kata 2 harokat, 4 harokat dan 6 harokat. Oleh karena itu, belajar tanpa guru, dikhawatirkan menabrak kaidah itu, sehingga output bacaan Alquran menjadi ngawur dan berakibat menghasilkan arti yang berbeda (salah arti).
  • Dalam bacaan Alqur’an, ada bacaan tebal dan tipis yang harus diperhatikan ketika membacanya.  Kesalahan-kesalahan seperti itu tidak teridentifikasi tanpa penyimakan oleh guru ahli.
  • Dalam bacaan Alqur’an, ada bacaan dengung yang mutlak harus dipraktekkan dengan benar. Kesalahan-kesalahan dalam pelafalan dengung itu tidak teridentifikasi tanpa penyimakan oleh guru ahli.
  • Masih banyak kesulitan lainnya yang belum disebutkan di sini.

Ketiga: Fungsi kehadiran guru adalah sebagai master/alat ukur/tukang tera bacaan sesuai standar. Guru ahli akan melakukan tugas untuk standarisasi bunyi tiap huruf, standarisasi mad 2 atau 4 atau 6, standarisasi suara dengung, standarisasi tebal tipis bunyi huruf tertentu dan koreksi kesalahan pembacaan ayat Alqur’an secara umum. Hasil akhir menghadap guru ahli adalah terkoreksinya kesalahan-kesalahan baik yang besar (haram; karena mengubah arti) ataupun kesalahan-kesalahan kecil (makruh; karena menyalahi master/aturan bacaan sesuai contoh Rasulullah SAW). Sementara itu… kita tidak pernah akan mendapatkan teguran atas kesalahan bacaan (dan tak akan pernah tahu kesalahan kita) bila berguru kepada buku.

Waaah…. ternyata begitu penting kehadiran seorang guru Alquran ahli ya….. ? Makanya… ayo cari guru dan perbaiki bacaan kita …. !

Mari beriman sesaat, sempatkan waktu untuk belajar Alqur’an !

Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah ilmu dan amal kepada kita. Amiiin !